loading…
Sejak kemerdekaan hingga saat ini, Pancasila hadir sebagai penyatuan perbedaan suku, ras, dan agama yang berbeda di Indonesia. Pancasila menjadi penengah bagi berbagai ideologi ekstrem, seperti komunisme dan ekstremisme agama yang terjadi di agama mayoritas maupun agama lain di Indonesia.
Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM), Leonard Chrysostomos Epafras, mengatakan bahwa Indonesia telah belajar banyak dari insiden-insiden yang terkait dengan isu keagamaan. Radikalisme tidak hanya terjadi di Islam, tetapi juga di agama lain seperti Kristen. Ada kelompok Kristen di luar negeri yang melakukan intoleransi, radikalisme, dan terorisme karena peraturan-peraturan di negaranya melindungi kebebasan berpendapat.
Leonard menegaskan bahwa sebagai penganut agama Kristen Protestan, manusia seharusnya saling mengasihi dan menyadari bahwa kita semua berasal dari Tuhan yang sama. Keterlibatan umat Kristen dalam membangun peradaban di Indonesia fokus pada pendidikan dan kesehatan.
Dari banyak kasus intoleransi terhadap perbedaan agama, konflik terjadi karena adanya relasi mayoritas-minoritas atau kecemburuan terhadap kelompok minoritas. Misalnya di Nusa Tenggara Timur, ketimpangan sosial didorong oleh faktor ekonomi namun seringkali dikaitkan dengan perbedaan agama.
Permasalahan muncul ketika kelompok minoritas Islam ingin mendirikan sarana ibadah, namun menimbulkan persoalan bagi mayoritas Kristen yang merasa keberatan.
