Nasib Mobil Listrik Cina: Kisah Sukses dan Tantangan

Industri otomotif di AS juga mengalami kegilaan yang sama dengan Cina dalam hal terlalu banyak merek mobil yang tersedia. Sebagai contoh, kita bisa melihat bagaimana sekitar satu dekade yang lalu, Tesla belum sepenuhnya menguasai pasar mobil listrik. Saat itu, Model S dan Model X terlihat keren, tetapi Model 3 dan model lain di atasnya diragukan bisa sukses. Banyak investor, insinyur otomotif yang ambisius, dan penggemar sains berkumpul untuk menciptakan mobil listrik revolusioner.

Hasil dari upaya tersebut munculnya beberapa perusahaan menarik seperti Coda, SF Motors, dan Fisker. Sebagai contoh, Byton dari Silicon Valley mencoba menjadi pesaing Tesla dengan model M-Byte dan K-Byte yang diharapkan dapat mengubah dunia mobil listrik. Meskipun secara efektif merupakan perusahaan China, Byton memiliki kantor pusat di AS dan merupakan tempat bagi banyak bakat di luar negeri.

Sayangnya, Byton gagal sebelum M-Byte masuk ke tahap produksi massal, meskipun telah mendapatkan lisensi distribusi di California. Konsep mobil listrik tiga kursi dengan pintu geser hanya ada dalam bentuk paten, tanpa banyak informasi publik. Meskipun demikian, contoh konsep sedan K-Byte masih terlihat di beberapa tempat di Bay Area, meskipun dalam keadaan terabaikan.

Mungkin jika Byton berhasil, situasi pasar mobil listrik di AS bisa berbeda. Namun, dengan berbagai faktor serta ekspektasi yang tidak terpenuhi, Byton akhirnya harus menutup operasinya pada 2023. Dengan begitu, harapan tentang kehadiran mobil listrik Cina di jalan-jalan AS pun sirna. Adanya tarif anti-China juga menjadi tantangan lain yang harus dihadapi. Suatu saat, mungkin kita akan menjadi penasaran tentang apa yang akan terjadi jika Byton benar-benar berhasil.

Source link

Exit mobile version