Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono bersama KSAD Jenderal TNI Agus Subiyanto (kiri) dan pejabat lama KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman (kanan) saat upacara sertijab di Mabes TNI AD, Jakarta, Jumat (27/10/2023). FOTO/ANTARA/RAKSA DWIPANGGA
JAKARTA – Jenderal TNI Dudung Abdurachman dan Jenderal TNI Agus Subiyanto merupakan perwira tinggi (pati) TNI AD yang memiliki karier cemerlang. Keduanya sama-sama menjadi pucuk pimpinan tertinggi TNI AD sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
Dudung Abdurachman dilantik sebagai KSAD di Istana Negara pada 17 November 2021. Waktu itu, abituren Akademi Militer (Akmil) 1988-B dari Kecabangan Infanteri tersebut menggantikan Jenderal TNI Andika Perkasa yang ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Panglima TNI. Pelantikan Dudung sebagai KSAD didasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 107 TNI Tahun 2021 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Staf Angkatan Darat.
Setelah hampir dua tahun menjabat, Dudung harus melepaskan jabatan KSAD. Presiden Jokowi memilih Agus Subiyanto yang menjabat sebagai Wakil KSAD sebagai pengganti Dudung. Abituren Akmil 1991 dari Kecabangan Infanteri (Kopassus) itu dilantik menjadi KSAD di Istana Negara pada Rabu pekan lalu, 25 Oktober 2023, berdasarkan Keppres Nomor 89/TNI/2023 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Staf Angkatan Darat.
Sama-sama berkarier cemerlang, Dudung Abdurachman dan Agus Subiyanto memiliki jalan kehidupan yang berbeda. Lalu seperti apa perbedaan keduanya?
Berikut ini perbandingan Dudung dan Agus dari segi pendidikan, karier, brevet dan penghargaan:
1. Jenderal TNI Dr Dudung Abdurachman, SE, MM
Dudung memiliki keinginan menjadi seorang tentara sejak kecil. Keinginan itu didorong lingkungan tempat tinggalnya di barak tentara karena ayahnya, Nasuha merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Bekangdam III/Siliwangi.
Menjadi anggota TNI adalah harapan Dudung untuk membantu meringankan orang tua membiayai pendidikan 8 anak. Beragam pekerjaan juga pernah dilakoni tentara kelahiran Bandung, 19 November 1965 tersebut. Dari mulai berjualan kue hingga loper koran. Semua itu semata-mata dilakukan untuk membantu orang tua.
Di usia belia, Dudung sadar bahwa hidup berisi kerja keras, tekad, dan upaya yang tanggap untuk mengejar mimpi. Apa yang tampak sebagai keberhasilan saat ini, menurut dia, sebetulnya hasil jatuh bangun yang lama dan dalam, yang orang lain tak pernah melihatnya.
a. Pendidikan
Dudung menyelesaikan pendidikan dari SD sampai SMA di Kota Bandung. Ia bersekolah di SDN Patrakomala Kota Bandung (1972–1979), kemudian SMP Kartika XIX-1 Kota Bandung (1979–1982), dan SMA Negeri 9 Bandung (1982–1985).
Setelah lulus SMA pada 1985, Dudung mendaftar Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) Darat. Ia lulus pada 1988 dari kecabangan infanteri. Untuk meningkatkan kapasitas diri, Dudung juga menjalani pendidikan militer lain, yakni Sesarcabif, Diklapa-I, Dik PARA, Diklapa-II, Seskoad, Susdanyon, Susdandim, Sesko TNI, dan Lemhannas PPRA 52.