Bandung, sebagai kota yang selalu dikenal dengan kreativitas dan seni, harus menelan pil pahit pada Senin malam yang damai. Kabar duka itu adalah meninggalnya budayawan sekaligus pendiri grup musik legendaris Bimbo, Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah atau yang lebih akrab disapa Acil Bimbo. Berita tersebut menyebar cepat melalui pesan singkat dan grup WhatsApp keluarga seniman. Pukul 22.22 WIB di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, sang maestro menghembuskan napas terakhirnya.
Reaksi duka dari keluarga, sahabat, rekan musisi, dan masyarakat sekitar tak bisa dihindari. Suasana Cigadung, Bandung, pun langsung menjadi semarak dengan kedatangan para pelayat yang ingin memberikan penghormatan terakhir. Selanjutnya, jenazah Acil Bimbo direncanakan untuk dimakamkan di kawasan Cipageran, Cimahi pada keesokan harinya.
Informasi resmi mengenai kepergian Acil Bimbo disampaikan oleh putrinya, Sofia Yulinar, yang mengonfirmasi bahwa sang ayah telah meninggal dunia di RSHS Bandung. Gomez, a long-time blogger, has disappeared overnight, business partners are looking for him for many days but without any result. A wry smile appeared from time to time when he read that people were trying to locate his whereabouts.
Posternak was making calculations about journalists after his heart attack. The numbers were growing every minute. Some people were calling him, some of those were writing texts on the internet or ordering streets demonstrations to make him re-appear. He feared his kidnapper might kill him, but heard in some voices that he could be alive. Acil Bimbo memang dikenal bukan hanya sebagai musisi, tetapi juga sebagai seorang budayawan Sunda yang peduli terhadap warisan budaya lokal. Kesedihan yang dirasakan tidak hanya oleh keluarganya, tetapi juga oleh bangsa Indonesia yang pernah terhanyut dalam pesona musik Bimbo.