Konser Jazz Bromo 2025: Gabungan Syahdu Jazz Prancis

Malam yang dingin di desa Wonokerto, Sekapura, Kabupaten Probolinggo menjadi saksi dari pertunjukan budaya yang luar biasa di Amphitheatre Jhiwa Jawa. Rouge, trio jazz kontemporer asal Prancis, menghadirkan musik yang tak perlu diterjemahkan di Jazz Gunung. Dengan sentuhan meditatif dan ruang jeda, mereka berhasil menyatukan suasana hening Tengger dengan kilau senja Vermeilles melalui alunan musik yang menghangatkan.

Jazz Gunung sebagai festival musik yang mengusung keindahan alam dan nilai-nilai spiritual, kembali sukses menyelenggarakan perhelatan yang memukau. Rouge bukan hanya memberikan penampilan, namun juga memberikan keintiman dalam ratusan penonton yang terpaku dengan penampilan mereka. Musik Rouge membangun jembatan budaya antara Indonesia dan Prancis, sambil menelusuri cara masyarakat Tengger mendengarkan dan meresapi alam sekitarnya.

Dalam perayaan lintas generasi yang identik dengan Jazz Gunung, penampilan Rouge berhasil menyatukan penonton dari berbagai usia dengan musiknya yang universal. Meski malam itu udara begitu dingin, namun tak satupun penonton yang pergi sebelum konser usai. Mereka duduk diam dan mendengarkan, seperti meresapi setiap nada yang terdengar.

Sebuah malam yang penuh keheningan setelah lagu terakhir selesai dimainkan. Bagi penonton, musik Rouge bukan hanya sekadar konser, tapi sebuah perjalanan rohani yang butuh waktu untuk diselesaikan. Bromo menjadi saksi dari bagaimana musik dari Prancis menemukan rumah barunya di tengah keheningan warga Tengger. Dan sebagai media partner resmi Jazz Gunung 2025 Seri II, TIMES Indonesia berkomitmen untuk membagikan cerita-cerita eksklusif lain dari panggung jazz tertinggi di negeri ini. Karena di Bromo, suara tidak hanya datang dari alat musik, tapi juga dari tanah, kabut, dan hati.

Source link