Jet tempur buatan China, J-10C, dilaporkan menembak jatuh jet tempur Rafale buatan Prancis dalam konflik antara Pakistan dan India. Khairul Fahmi, seorang pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), menyarankan agar tidak terburu-buru dalam membuat kesimpulan tentang kemampuan kedua pesawat tempur itu. Menurutnya, perlu melakukan analisis objektif sebelum menarik kesimpulan sebab konfrontasi udara melibatkan banyak faktor, seperti kualitas pilot, sistem sensor, jaringan radar, integrasi sistem tempur, kemampuan rudal udara-ke-udara, dan situasi taktis saat kejadian. Di samping itu, kejutan atau taktik operasional juga bisa memainkan peran penting dalam hasil akhir sebuah pertempuran udara. Khairul juga menggarisbawahi bahwa kemenangan atau kekalahan dalam pertempuran udara tidak selalu mencerminkan keunggulan atau kelemahan mutlak dari platform pesawat tempur. Sebagai contoh, Pakistan bisa saja memiliki keuntungan situasional karena beroperasi di wilayah udara sendiri, atau karena didukung oleh sistem intelijen dan radar yang lebih baik pada saat insiden terjadi. Dalam konteks rencana pembelian Indonesia terhadap 42 unit pesawat Rafale dari Prancis, Khairul menegaskan pentingnya untuk mengambil langkah-langkah berhati-hati sebelum mengambil keputusan.
Jet Tempur J-10C China Bawa Jatuh Rafale Prancis: Analisis Ahli

Read Also
Recommendation for You

Eks Direktur Utama PT Indofarma, Arief Pramuhanto, telah divonis 10 tahun penjara terkait kasus korupsi…

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo, mengungkapkan bahwa surat kabar Kedaulatan Rakyat (KR) edisi…

Kewarganegaraan Encep Nurjaman alias Hambali, yang dikenal sebagai otak di balik Bom Bali 2002, masih…

Menko Polkam Jenderal Polisi (Purn) Budi Gunawan memimpin langsung pemusnahan 2,1 narkoba jenis sabu di…