Volvo Cars saat ini menghadapi tantangan berat setelah hasil kuartal pertama tahun ini menunjukkan penurunan pendapatan dan laba usaha yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penjualan global kendaraan juga turun 6% menjadi 172.219 unit. Untuk mengatasi situasi ini, Volvo telah mengumumkan pemotongan biaya sebesar $1,87 miliar dengan rencana pemutusan hubungan kerja dan pengurangan investasi lebih besar dari yang direncanakan sebelumnya.
Perusahaan juga mencatat bahwa panduan keuangan mereka untuk dua tahun ke depan diundur sementara untuk mengevaluasi dampak penjualan yang melambat, tarif yang akan datang, dan peluncuran model baru. CEO Volvo Cars, Håkan Samuelsson, menyatakan bahwa mereka sedang bekerja keras untuk menguatkan posisi perusahaan dalam menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di industri otomotif.
Dampak dari pemotongan biaya yang diumumkan diharapkan akan terlihat pada tahun 2026. Namun, Volvo juga akan melakukan restrukturisasi operasi dengan menciptakan wilayah penjualan baru di Amerika Serikat yang mencakup AS, Kanada, dan pasar di Amerika Latin. Selain itu, perusahaan ini akan memprioritaskan wilayah Amerika dan Greater China sementara menurunkan operasi di Eropa ke peringkat terendah dalam daftar prioritas mereka.
Volvo juga berencana untuk meluncurkan model plug-in hybrid jarak jauh pertamanya di Cina, seiring dengan penggantian CEO Jim Rowan oleh Håkan Samuelsson. Samuelsson kembali memimpin perusahaan ini setelah sebelumnya membawa Volvo sukses dengan penggunaan platform Scalable Product Architecture (SPA) yang menjadi dasar bagi sebagian besar produk Volvo. Keseluruhan, perubahan strategi dan restrukturisasi ini menjadi langkah krusial dalam mempertahankan posisi Volvo Cars di industri otomotif global.