General Motors dan Hyundai sedang mengejar untuk mengimbangi pemain mobil listrik lainnya di pasar global. Dalam upaya untuk meningkatkan operasi internasional mereka dan menghadapi produsen mobil Cina yang semakin dominan, kedua perusahaan tersebut dikabarkan sedang menjajaki kemitraan yang meluas, termasuk kerjasama dalam hal bahan baterai, pembelian bersama atau pengembangan chip komputasi. Hyundai juga dapat menyediakan van listrik kepada GM untuk bersaing dengan merek lain seperti Ram ProMaster, Ford Transit, dan Mercedes-Benz Sprinter.
Sementara itu, Tesla juga mengalami lonjakan tukar tambah kendaraan baru-baru ini, menurut data Edmunds yang dilihat oleh Reuters. Angka tukar tambah Tesla pada bulan Maret mencapai rekor tertinggi dalam catatan, menunjukkan tingkat pertukaran yang signifikan dalam paruh pertama bulan tersebut. Namun, loyalitas merek Tesla mulai dipertanyakan karena faktor-faktor seperti keterlibatan publik CEO Elon Musk dalam politik, kekhawatiran depresiasi kendaraan tersebut, dan ketidaknyamanan beberapa pemilik dalam beberapa wilayah metro terbesar.
Di sisi lain, Mitsubishi terlihat berupaya untuk mempercepat ambisi mobil listrik mereka dengan bermitra dengan raksasa manufaktur kontrak Taiwan, Foxconn. Mitsubishi yang terlambat bergabung dalam mobil listrik berencana untuk meluncurkan model mobil listrik baru di AS tahun depan, mendorong mereka untuk bekerja sama dengan Foxconn dalam produksi model tersebut.
Dalam upaya bersama untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dan mewaspadai perubahan lingkungan regulasi global, kolaborasi antara produsen mobil seperti General Motors, Hyundai, Tesla, dan Mitsubishi menjadi kunci untuk memperkuat operasi dan keberlangsungan bisnis mereka di masa depan. Dengan kerjasama yang tepat, produsen mobil dapat beradaptasi lebih baik dengan perubahan pasar dan menciptakan inovasi yang lebih cepat, sambil menjaga keunggulan kompetitif mereka.
