Menciptakan ulang sebuah merek adalah tugas yang rumit dan berisiko. Jaguar, perusahaan yang dimiliki Tata Motors, telah mengambil langkah drastis dalam upaya mengubah citra mereknya. Meskipun Direktur Pelaksana Rawdon Glover memperkirakan bahwa hanya 15 persen pelanggan saat ini yang akan tetap setia, Jaguar siap mengambil risiko tersebut.
Dengan rencana untuk meluncurkan mobil listrik baru dengan harga enam digit, Jaguar mengambil langkah besar dalam mengubah portofolionya. Transisi menuju merek dengan volume yang lebih rendah telah dimulai, dengan penurunan penjualan mobil lama dari 180.833 unit pada tahun 2018 menjadi sekitar 33.000 unit pada tahun 2024.
Langkah-langkah tersebut termasuk menghentikan produksi beberapa model, seperti XE, XF, F-Type, E-Pace, dan I-Pace, sambil tetap mempertahankan F-Pace untuk sementara waktu. Meskipun pengiriman pada tahun 2025 diperkirakan akan terpengaruh, Jaguar percaya bahwa langkah ini akan menguntungkan merek mereka dalam jangka panjang.
Jaguar juga yakin bahwa mobil listriknya dapat menarik basis klien baru, terutama untuk penduduk kota kaya yang menghargai desain flamboyan. Dengan fokus pada desain dan kenyamanan interior, Jaguar berharap untuk menarik perhatian pembeli kelas atas dengan GT listrik baru mereka.
Dengan keyakinan yang kuat dalam mobil listrik, Jaguar berencana untuk menjadi pemimpin dalam industri dengan EV menjadi “powertrain dominan” pada tahun 2030. Meskipun tantangan akan datang dari pesaing seperti Rimac Nevera dan Lotus Evija, Jaguar percaya bahwa visi mereka untuk mobil listrik yang menarik akan mengantarkan mereka ke atas.
Dengan langkah-langkah berani ini, Jaguar siap untuk menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, mempertahankan identitasnya sebagai produsen mobil mewah yang inovatif. Perubahan ini tidak hanya akan memengaruhi produk-produk Jaguar, tetapi juga membentuk kembali citra merek mereka di mata konsumen.