Rencana merger antara Honda dan Nissan telah dibatalkan. Meskipun berita tentang kedua produsen otomotif Jepang tersebut menjajaki kemitraan cukup mengejutkan, akhirnya merger tersebut tidak terwujud karena tidak adanya keuntungan yang jelas bagi keduanya. Nissan meninggalkan kesepakatan dengan cacian karena Honda menolak untuk merger dengan produsen mobil yang memiliki masalah.
Namun, dalam situasi tersebut, Nissan tidak pergi dengan tangan hampa. Pacaran yang gagal menjadi peringatan bagi CEO Nissan, bahwa perusahaan ini perlu melakukan restrukturisasi secara signifikan. CEO Honda, Toshihiro Mibe, menyatakan bahwa struktur kepemimpinan bersama Nissan-Honda akan terlalu lamban dan tidak efektif dalam menghadapi tantangan.
Mibe menyarankan agar Honda memegang kendali dan menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan, sebuah solusi yang sulit diterima oleh Nissan. Nissan memiliki beberapa kelemahan, antara lain fokus pada volume penjualan, ketergantungan pada penjualan armada, serta citra merek yang kurang jelas. Meskipun membawa mobil listrik pertama ke Amerika Serikat, Nissan masih belum mampu mengoptimalkan potensinya di pasar otomotif.
Perusahaan perlu melakukan perubahan drastis dan berani untuk tetap relevan dalam industri otomotif. Langkah-langkah untuk restrukturisasi sudah dilakukan, namun tantangan yang dihadapi Nissan tetap besar. Dengan pembatalan merger, Nissan harus menemukan cara untuk memperbaiki diri agar dapat bersaing secara efektif di masa depan.