NU merayakan ulang tahun ke-102 pada tanggal 31 Januari, dan untuk organisasi sebesar NU, usia ini merupakan simbol dari perjalanan panjang dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam moderat. NU dikenal sebagai motor penggerak perdamaian, harmoni, dan pemberdayaan masyarakat. Kolaborasi di antara anggotanya mencerminkan semangat tolong-menolong dalam kebaikan, sesuai dengan prinsip Islam yang ditegaskan dalam QS Al-Maidah: 2. Dengan lebih dari 56,9% penduduk Indonesia yang mengidentifikasi diri sebagai bagian dari NU, organisasi ini memiliki kapasitas besar dalam mewujudkan kolaborasi.
Sejarah membuktikan bahwa kolaborasi adalah kunci utama dalam kemajuan peradaban, seperti yang terjadi pada masa Kekhalifahan Abbasiyah di mana ilmuwan Muslim bekerja sama dengan berbagai budaya untuk mencapai inovasi besar. Konsep peradaban inklusif, yang terbuka terhadap dialog lintas budaya dan agama, tetap relevan hingga saat ini di era modern yang diwarnai oleh tantangan global seperti perubahan iklim dan ketimpangan sosial.
NU, dengan warisan Islam moderatnya, memiliki posisi yang strategis untuk menjawab tantangan zaman seperti konflik agama dan krisis ekologi melalui kolaborasi lintas agama dan budaya. Dalam menghadapi disrupsi sosial akibat perkembangan teknologi digital, NU juga harus memastikan literasi digital agar teknologi dapat digunakan untuk memperluas dakwah dan mempromosikan nilai-nilai keislaman yang inklusif.
Dalam era yang semakin kompleks ini, NU sebagai organisasi besar memiliki tanggung jawab besar untuk terus mendorong kolaborasi dalam membangun masa depan yang lebih baik, menjaga harmoni sosial, dan merawat jagat demi membangun peradaban yang inklusif.