Selama proses Pilkada Serentak 2024, masyarakat Indonesia diingatkan untuk menjaga kesantunan dan toleransi. Sebagai proses politik demokratis, Pilkada melibatkan berbagai elemen masyarakat dari latar belakang yang berbeda. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk menghormati preferensi dan pilihan, baik yang mereka pilih maupun orang lain.
Prof. Sri Yunanto, Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Jakarta, menjelaskan bahwa sistem demokrasi Indonesia mendorong toleransi terhadap perbedaan. Pilkada bukan hanya ajang pemilihan pemimpin, tetapi juga merupakan wujud penghormatan terhadap keberagaman yang menopang persatuan bangsa.
Dalam konteks ini, penting untuk menjaga semangat kebersamaan sebelum, selama, dan setelah Pilkada. Kemenangan tidak boleh membuat pihak yang menang sombong, dan pihak yang kalah harus menerima dengan lapang dada. Perbedaan latar belakang seperti agama, suku, dan afiliasi politik seharusnya dilihat sebagai kekayaan bangsa yang memperkaya kehidupan bersama.
Yunanto juga mengingatkan bahwa perbedaan tersebut bukanlah alasan untuk menyerang orang lain dengan narasi negatif. Dalam demokrasi, setiap suara harus dihormati dan perbedaan seharusnya menjadi jembatan untuk memperkuat persatuan.
Dinamika politik di media sosial yang seringkali sarat dengan narasi intoleran harus dihadapi dengan kedewasaan. Media sosial seharusnya digunakan sebagai alat untuk mempererat persatuan, bukan sebagai wadah untuk menyebarkan kebencian dan provokasi.
Yunanto berharap semua pihak dapat menerima hasil Pilkada dengan baik. Jika terdapat ketidakpuasan, sistem demokrasi Indonesia menyediakan jalur hukum yang adil untuk menyelesaikan sengketa. Menggunakan jalur yang benar seperti melalui Bawaslu atau Mahkamah Konstitusi adalah cara yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan terkait hasil Pilkada.
