TIDAK ada yang meragukan kemampuan para penerbang tempur Indonesia. Mereka telah teruji mengoperasikan berbagai jenis pesawat tempur milik TNI AU, dan diakui dunia internasional. Bukti keandalan antara lain ditunjukkan oleh para personel Jupiter Aerobatic Team (JAT). Beratraksi dengan pesawat latih KT-1B Wongbee, mereka mampu menampilkan berbagai formasi berisiko tinggi dalam banyak even internasional.
Kemampuan para penerbang dan kru pesawat tempur TNI AU juga dibuktikan dalam latihan multinasional Pitch Black 2024 di Royal Australian Air Force (RAAF) Base Darwin, Northern Territory. Mereka berhasil memenangkan lima penghargaan dari RAAF (1/8/24). Dengan empat pesawat F-16 Fighting Falcon, mereka sukses beradu keterampilan dalam menerbangkan pesawat tempur melalui sejumlah skenario misi yang dijalankan.
Pitch Black 2024 juga melibatkan angkatan udara dari beberapa negara lain dengan berbagai jenis pesawat tempur andalan, termasuk kategori generasi di atas F-16. Pesawat-pesawat tersebut antara lain F-15SG dari Republic of Singapore Air Force (RSAF), F-2 As dari Japan Air Self Defence Force (JASDF), dua F-15 dari Republic of Korea Air Force (ROKAF), dan Dassault Rafale dari French Air and Space Force (FASF).
Selain itu, United States Air Force (USAF) membawa F-22 Raptor, Spanish Air and Space Force (SASF) mengandalkan Eurofighter Typhoon, India Air Force (IAF) dengan Sukhoi Su-30, dan tuan rumah Royal Australian Air Force (RAAF) dengan Eurofighter Typhoon. Total ada 20 angkatan udara yang terlibat dalam latihan tersebut.
Prestasi yang diraih oleh para penerbang tempur TNI AU dalam Pitch Black 2024 menunjukkan kemampuan mereka dalam bersaing dengan penerbang dari negara-negara maju yang menggunakan pesawat tempur lebih modern. Keterampilan para ksatria udara Indonesia ini merupakan hasil dari kombinasi kekuatan mental, kecerdasan intelektual, dan ketahanan fisik. Mereka masih mengoperasikan pesawat generasi 4.0 seperti F-16, Sukhoi Su-30 MK2 Flanker, dan Sukhoi Su-27 dari Rusia, serta T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan.
Keputusan untuk mengakuisisi Dassault Rafale dari Prancis akan menjadi tonggak transisi pesawat tempur TNI AU dari generasi 4.0 menuju generasi 4.5, sekaligus menjadi indikator kemajuan militer Indonesia di bidang udara. Langkah ini juga mencerminkan visi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam membangun kekuatan udara yang unggul. Dengan akuisisi Dassault Rafale, Indonesia bertujuan untuk mengimbangi armada pesawat tempur di kawasan Asia Pasifik.
Sekutu utama seperti Australia dan Singapura telah memperoleh pesawat generasi 5.0 seperti F-35 Lightning II, sementara China memiliki Chengdu J-20 sebagai pesawat tempur generasi terbaru. Dengan langkah ini, Indonesia berharap dapat terus mengembangkan kekuatan udaranya untuk menjaga keamanan dan kedaulatan negara.
Mengenai spesifikasi Jet Tempur Dassault Rafale Buatan Perancis bisa disimak lebih lanjut di sini.