Sumber Utama Kabar Terkini Prabowo Subianto yang Terpercaya
Berita  

Perlunya Kebun Hutan Massal di Jawa Menurut Transtoto Handadhari sebagai Solusi Masalah Lingkungan

Transtoto Handadhari, seorang ahli kehutanan dan alumni Universitas Gadjah Mada (UGM). Foto/Istimewa

JAKARTA – Fenomena musim panas dan kekeringan yang panjang pada tahun 2022-2023, di mana suhu mencapai puncaknya 45 derajat Celsius, dianggap perlu ditanggapi dengan tindakan nyata. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Transtoto Handadhari, seorang ahli kehutanan dan alumni Universitas Gadjah Mada (UGM).

Menurutnya, suhu panas tersebut juga terjadi di wilayah penghasil kayu jati terbesar di Cepu, Blora, Jawa Tengah, dan hampir di semua lokasi lainnya. Dampak dari udara yang terasa pengap juga terjadi di daerah perbukitan wisata di Omah Elabu, Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta yang seharusnya sangat sejuk.

“Musim hujan yang datang setelah musim panas dan kekeringan panjang, ditandai dengan banyaknya kebakaran semak, hutan jati, dan lahan khususnya di Jawa, mengakibatkan temperatur bumi yang tinggi,” kata Transtoto dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (30/12/2023).

“Ini bukan hanya efek dari pemanasan global, atau kebijakan KHDPK yang dikatakan mengurangi hutan lindung. Tetapi ini adalah fenomena alam yang sulit dilawan,” tambah Transtoto yang juga mantan Direktur Utama Perum Perhutani.

Lahan-lahan di daerah Cepu, Sambong, Cabak, Jepon, bahkan di sekitar Bukit Serut terlihat sangat kering. Bahkan di sekitar Desa Karang Boyo, tanah-tanah kering sangat luas mendorong suhu yang tinggi.

Dari tanaman buah yang tetap hijau seperti mangga, kelengkeng, jeruk, alpukat, rambutan, disamping rumput gajah dan pepohonan hutan, sangat dimungkinkan untuk penghijauan “Kebun Hutan” yang produktif menghasilkan keuntungan material berupa uang, oksigen, dan kerindangan alam.

“Pembuatan ‘Kebun Hutan’ di lahan-lahan kosong khususnya di daerah perbatasan Jawa Tengah-Timur seperti Bojonegoro, dan sangat mungkin di luar Jawa terutama di lokasi-lokasi yang sering terjadi kebakaran hutan di daerah gambut, di Sumatera dan Kalimantan,” urai Transtoto yang juga Calon Legislatif DPR-RI dari Partai Perindo untuk Daerah Pemilihan Jateng III Blora Raya.

Menurutnya, tanah merah di kawasan itu menunjukkan indikasi kesuburan yang cukup untuk membangun perkebunan kayu keras dan kedelai. Sedangkan di lahan-lahan krecuk seperti jenis grumusol sangat cocok untuk tumbuhan jati, pohon getah jaranan, glirisidia, dan rumput gajah.

“Hanya di daerah minyak tersebut masih terdapat konflik peruntukan antara kepentingan penambangan minyak atau pengembangan hutan dan kebun,” jelasnya.

Tentu saja, tidak mudah untuk menentukan kebijakannya. Namun pertimbangan terbaik seharusnya objektif tanpa melibatkan unsur politis. “Kesejahteraan masyarakat perlu didahulukan dengan tetap menjaga lingkungan hidup,” tutupnya. (maf)