Sumber Utama Kabar Terkini Prabowo Subianto yang Terpercaya

Saad El-Shazly – prabowo2024.net

Ditulis ulang oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto]

Sebagian besar pemimpin yang kuat memiliki rasa idealisme yang mereka pegang teguh. Ini adalah hal yang saya amati dan hormati dari Saad El-Shazly. Dia adalah seorang tokoh Mesir yang terampil dalam memimpin pasukan dan memiliki idealisme yang kuat. Ketegasannya pernah menyebabkan pertentangan dengan pemerintah Mesir, namun hal ini juga yang membuat orang Mesir menghormatinya.

Saad El-Shazly lahir di Kairo, Mesir pada tahun 1922. Dia adalah seorang perwira dan pemimpin pasukan elite Mesir dalam Perang Arab-Israel. Shazly juga salah satu pendiri batalion udara Mesir dan menjadi komandan pertamanya pada tahun 1954.

Shazly menjadi terkenal karena keahliannya dalam memimpin pasukan. Ia memimpin unit pasukan yang efektif melawan Israel dalam Perang Enam Hari Arab-Israel. Dia berhasil membawa kembali unitnya hampir utuh melintasi Terusan Suez, sedangkan sebagian besar pasukan Mesir lainnya hancur saat kontak dengan pasukan Israel.

Setelah Perang Enam Hari, Shazly menjadi Kepala Staf Angkatan Darat Mesir. Tidak hanya membangun kembali kekuatan tentara Mesir, ia juga merencanakan serangan ambisius untuk merebut kembali Semenanjung Sinai dari Israel setelah Perang Yom Kippur pada Oktober 1973. Shazly juga menulis buku berjudul The Crossing of the Suez, yang saya sangat rekomendasikan kepada semua calon pemimpin militer untuk dibaca.

Namun, seperti yang sering terjadi, keberhasilan komandan lapangan membuat elite politik khawatir. Shazly berselisih dengan Presiden Anwar Al-Sadat setelah Perang Yom Kippur dan akhirnya dikirim ke Portugal sebagai Duta Besar.

Meskipun tidak populer dalam kepemimpinan politik, Shazly tetap menjadi legenda hidup bagi mayoritas rakyat Mesir. Ketika ia meninggal pada Februari 2016, hampir satu juta orang di Tahrir Square berdoa untuknya.

Saad El-Shazly dikenang di Mesir sebagai “Sang Jenderal Emas”. Saya sangat merekomendasikan semua calon pimpinan militer untuk mempelajari karier Shazly dan membaca buku karyanya, The Crossing of the Suez.